Analisis Lean Six Sigma Di Dimsum Inmons

Kualitas dan pengendalian kualitas merupakan aspek penting dalam produksi dan manajemen operasional. Kualitas mengacu pada sejauh mana suatu produk atau layanan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, sementara pengendalian kualitas adalah proses memastikan bahwa standar kualitas terpenuhi secara konsisten. Pengendalian kualitas melibatkan berbagai teknik dan metode, seperti inspeksi, pengujian, dan analisis statistik, untuk mengidentifikasi dan mengurangi cacat atau penyimpangan dalam proses produksi. Tujuan utamanya adalah meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Dimsum Inmons adalah UMKM di bidang kuliner yang didirikan oleh Ani Andriyani pada Oktober 2017 di Bandung, menyajikan berbagai varian dimsum halal dengan cita rasa premium namun harga terjangkau. Dengan 12 gerai waralaba di Kota Bandung, Dimsum Inmons berkomitmen memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Namun, dalam proses produksinya, terdapat beberapa waste seperti waste waiting, waste transportation, dan waste defect. Defect menjadi fokus utama karena jumlahnya mendekati atau melewati batas toleransi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis jenis-jenis defect, penyebabnya, serta memberikan rekomendasi perbaikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Lean Six Sigma, yang merupakan kombinasi metode Six Sigma untuk mengurangi variasi proses dan metode Lean untuk mengurangi kompleksitas proses. Selain itu, digunakan juga metode Waste Assessment Model (WAM) untuk mengidentifikasi jenis-jenis waste, Fishbone Diagram untuk menganalisis penyebab defect, dan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) untuk menentukan prioritas perbaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh jenis waste pada proses produksi dimsum, dengan waste defect, waste transportasi, dan waste waiting menjadi yang paling kritis. Analisis jenis defect mengidentifikasi empat jenis defect utama, yaitu kulit rusak, bentuk tidak seragam, gramasi tidak konsisten, dan adanya benda asing. Analisis Fishbone dan FMEA mengungkapkan faktor-faktor penyebab defect, di mana penyebab utama adalah suhu freezer yang terlalu rendah, teknik pencetakan yang bervariasi, proses penimbangan yang tidak konsisten, serta bahan baku yang terkontaminasi. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan meliputi penyediaan tempat penyimpanan khusus untuk kulit, pelatihan dan standarisasi proses pencetakan, pengawasan proses penimbangan, serta mencari alternatif supplier yang dapat menjamin kualitas bahan baku.