Kearifan Lokal Pada Arsitektur Jepang Dan Indonesia Kiwari

Globalisasi informasi sebagai akibat perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang mengakibatkan
terjadinya fenomena arus informasi tanpa batas telah memungkinkan perkembangan dalam segala bidang termasuk
arsitektur berada dalam orde atau hitungan detik. Perkembangan tersebut dapat menuju ke arah yang bisa jadi kurang baik apabila tidak dikendalikan dengan cara membatasinya melalui penerapan rambu-rambu atau koridor yang dapat mempertahankan tata nilai serta norma yang telah dianut dalam suatu komunitas atau bagian masyarakat tertentu, yang selama ini ditengarai telah berhasil membawa masyarakat bersangkutan ke dalam kehidupan yang relatif baik. Kearifan lokal (local wisdom) telah menjadi istilah yang akhir-akhir ini seringkali didengung-dengungkan sebagai kata-kata sakti yang dianggap sebagai rambu atau koridor yang dapat mempertahankan tata nilai atau norma tersebut di atas. Namun demikian istilah tersebut dikhawatirkan hanya akan menjadi “jargon” semata apabila tidak diupayakan untuk
dimengerti dengan baik, dipahami dengan benar, serta diejawantahkan secara nyata ke dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui tulisan ini akan ditelaah sejauh mana kearifan lokal telah mendasari perkembangan arsitektur mulai dari pra
moderen hingga moderen bahkan arsitektur kiwari alih-alih pasca moderen. Dalam kesempatan ini akan ditelaah
khususnya pada arsitektur Jepang dan Indonesia, prinsip dan konsep arsitektur vernakular dan tradisional yang secara
konsisten bertahan dalam rangka menjaga kearifannya yang tidak berupa simbolisme semata namun lebih bersifat
fungsional sedemikian rupa, sehingga dapat mendukung paradigma berkelanjutan dan salah satunya adalah prinsip
hemat energi yang sudah menjadi keharusan di era sekarang.