Perancangan Interior Fasilitas Wisata Budaya Tuang Sunda Di Bandung

Warisan budaya Indonesia, termasuk budaya kasta Sunda, menunjukkan keberagaman dan kekayaan tradisi dari berbagai daerah, salah satunya adalah Kampung Adat Cireundeu dan Kampung Baduy. Secara khusus, Kampung Adat Cireundeu memiliki kebiasaan unik mengganti nasi dengan singkong sebagai makanan utama sejak tahun 1918, berkat kemudahan menanam singkong di daerah tersebut. Proses pembuatan nasi singkong meliputi banyak tahapan mulai dari pengupasan hingga pengolahan. Tradisi menuang Sunda tidak hanya mencakup ritual kuliner dengan hidangan khas seperti ketupat, leupeut, dan tumpeng, tetapi juga mencerminkan sejumlah filosofi dan simbol yang sering diabaikan oleh generasi muda yang lebih menyukai masakan cepat saji. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya lembaga pendidikan yang dapat mengajarkan nilai-nilai budaya tersebut kepada masyarakat dan wisatawan melalui penyelenggaraan ritual adat dan kuliner upacara. Kajian teoritis tentang wisata budaya menunjukkan bahwa wisata budaya meliputi obyek dan daya tarik yang berkaitan dengan peninggalan sejarah, warisan budaya dan seni, dengan motif wisata antara lain melepaskan diri dari rutinitas dan menjelajah sendiri. Dalam konteks Kampung adat Cireundeu dan Baduy, masyarakat ini masih melestarikan tradisinya melalui konsumsi ampas singkong atau nasi singkong yang berbeda dengan kebiasaan makan nasi pada masyarakat lainnya. Perancangan Interior Fasilitas Wisata Budaya Sunda di Bandung dirancang untuk memberikan pengalaman wisata budaya dengan konsep desain yang memasukkan unsur lokal dan modern. Fasilitas ini akan mencakup galeri yang memamerkan sejarah budaya, restoran Sunda yang menyajikan hidangan tradisional, dan auditorium yang menyelenggarakan acara seremonial. Konsep desain interiornya mengusung tema nyaman, dengan penggunaan material ramah lingkungan serta sistem pencahayaan dan ventilasi yang dirancang untuk menciptakan suasana hangat dan nyaman.